Senin, 13 April 2009

PENAMBAK GARAM

bilamana penambak garam itu mengeluh,
nyanyian sunyi batu-batu
rimbun memenuhi geladak-geladak pertambakan
berpadu pekat dengan keakraban matahari.

merapuhkan jari-jemari baling-baling raksasa
adalah mengenal keparkasaan mereka
membimbing angin pada air menyeberangi
tanah-tanah pedih
ke dalam asin lautan.
tak pernah pensiun
tak kenal ngungun.

madura adalah saksi sempurna
setiap tetes peluh mereka.
saat menjilati air laut
dan selalu mandi api-api matahari.

wahai, saksikanlah seorang tua itu;
menderes garam demi garam
hingga tumpukan putih menggunung itu seakan salju.

bilamana petani tembakau itu menangis,
di tanah retak kesedihan mereka terlukis
dan dari dalam tubuh itu
celurit mengkilat-kilat
lantas membuat bau keringat
orang-orang yang melihatnya menjadi ada.

madura akan menjadi semilir
bagi percakapan mereka yang selalu lahir
dari bibir-bibir tanah peladangan.

mereka bukan pecarok
yang selalu melahirkan ketakutan sempurna.
aku teringat bagaimana nasib mereka
harga tembakau semakin sulit terbaca.
angin madura adalah angin panas
sehingga mereka marah lantaran nafas mereka tercekal.
debu-debu pasrah
mengepulkan keperkasaannya.

wahai, dengarkanlah rintihan tubuh berbau tanah itu
anak-anak mereka hanya sekolah di madrasah rendah
dan pandai mengaji di surau-surau sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda Adalah Bentuk Kepedulian Terhadap Kami....
Terima Kasih

GILIGENTING POLO RADDIN

Silahkan Baca Juga